Salah satu representasi yang berbahaya mengenai Timor Leste bersumber pada para komentator/kolumnis/jurnalis yang mempertanyakan kebijakkan bahasa pemerintah negara tersebut untuk menggunakan Tetum dan Portugis sebagai bahasa resmi. Representasi tersebut memojokkan sebuah pemerintahan nasionalis Alkatiri yang mencoba menahan tekanan kuat dari dua gajah tetangganya, Indonesia dan Australia. Pemberitaan di Jakarta Post dan Kompas, media yang bisa dikatakan paling moderat dalam soal berita luar negeri, melukiskan adanya communication gap antar generasi dan Mari Alkatiri yang elitis.
Bahayanya representasi ini adalah terlupakannya dosa dua gajah tetangga Timor Leste yang menghancurkan negeri tersebut, pertama dengan invasi 1975, kedua dengan pembiaran keberadaan milisi bersenjata pro Indonesia ,dan keengganan mengamankan proses dekolonisasi dari Indonesia, dan terakhir memberikan tekanan untuk pergantian Mari Alkatiri yang dinilai tidak kooperatif dengan kedua gajah itu.
Alkatiri dituduh membuat banyak kebijakan yang tidak membumi, atau erratic. Seorang aktivis NGO di Kupang menulis di Kompas tentang kebijakan Alkatiri yang ia tuduhkan berorientasi pada Mozambik sehingga pasti gagal.
Bahaya kedua dari representasi tersebut adalah terlukisnya, secara tidak langsung, kelompok-kelompok pemuda berparang yang melakukan penjarahan dan pembakaran rumah sebagai generasi muda yang “marah” kepada pemerintahan Alkatiri. Harus diingat, tahun 1999 Timor Leste juga pernah mengalami hal yang sama oleh milisi-milisi pro Indonesia. Dan sebagian besar pelaku peristiwa tersebut diterima kembali oleh Timor Leste. Bukan tidak mungkin mereka yang melakukan penjarahan dan pembakaran adalah keompok-kelompok yang sama.
Ada banyak informasi yang terlupakan dalam pemberitaan Timor Leste, dan dengan bias chauvinisme, beberapa media di Indonesia bermain dengan representasi ini bersama dengan media Australia yang sangat terkenal dengan bigotry. Yang lucu, adalah terpancingnya Susilo Bambang Yudhoyono memberikan komentar yang tidak perlu, bahkan menjadi tidak tahu malu sejarah (tidak mau mengaku salah atas pendudukan Indonesia di TL), atas Alkatiri. Yudhoyono, tampaknya dibawah permainan representasi media Australia, menghardik Alkatiri karena telah menduga Indonesia terlibat dalam peristiwa-peristiwa keamanan di Timor Leste, sesuatu yang dibantah oleh Alkatiri.
Untuk mengenal geografi Timor Leste silahkan klik di sini
Leave a Reply